5+ Puisi Tentang Tsunami Terbaik Dengan Rima Indah

Puisi Tentang Tsunami Terbaru dan Terbaik 2023 – Bencana alam memang begitu menakutkan, pasalnya akan ada banyak korban jiwa dan kerugian materil terenggut. Fenomena alam ini sudah dipastikan menimbulkan banyak kerugian mulai dari materi sampai membuat banyak nyawa orang menghilang.

Jenis bencana alam pun juga beraneka ragam yang semuanya ditakuti oleh semua orang, sebut saja bencana kecil seperti angin kencang dan banjir sampi bencana besar misalnya gempa bumi dan tsunami. Seluruhnya akan menimbulkan kerugian bahkan tak jarang menyebabkan kesedihan.

Salah satu bencana alam yang pernah menimpa Indonesia adalah tsunami akan menghancurkan apapun di depannya mulai dari pemukiman warga sampai gedung tinggi sekalipun. Sisanya hanyalah tangisan akibat ditinggal keluarga, sanak saudara hingga hilangnya material seperti tempat tinggal.

Peristiwa pilu ini sebenarnya sudah terjadi beberapa kali di tanah air hingga merenggut puluhan ribu nyawa orang, bahkan kini masih meninggalkan trauma bagi korbannya yang pernah menghadapi. Puisi tentang tsunami berikut ini menggambarkan betapa dahsyatnya bencana tersebut di Indonesia.

Baca juga: Doa Kristen Saat Tsunami

Puisi Bencana Tsunami

ilustrasi tsunami
ilustrasi tsunami

Bukan hanya menyebabkan kerugian materil namun juga meninggalkan rasa trauma bagi korban yang telah mengalaminya langsung, terlebih jika mereka merasa ditinggal oleh orang tersayang hingga kehilangan tempat tinggal.

Berikut ini kumpulan contoh puisi tentang tsunami yang menunjukkan betapa dahsyatnya gelombang air menyapu seluruh bangunan dan apapun di depannya.

Judul: Gelombang Amarah

Aku mendengar, ribuan isak tangis,
Aku menyaksikan, muka-muka penuh haru,
Aku melihat, anak kecil menukik mencari ibunya,
Aku tersentuh, kala menyentuh tangan mereka berdebu,
Tak terasa, air mataku mengalir jatuh.

Mereka meronta, mereka belum siap,
Menerima memori yang senyap,
Ketika gelombang laut menghantam daratan,
Kemana hendak berlari?
Kemana akan sembunyi?
Pilu, begitu menyayat hati.

Mayat-mayat bergelimpangan,
Tak jelas status dan asalnya,
Begitu luka mencabik asa,
Jutaan do’a terkirim sudah,
Dari seluruh penjuru dunia.

Ya Allah, begitu berat cobaan ini,
Begitu menangis negeri ini,
Atas sisa yang diciptakan Tsunami,
Meninggalkan luka yang ternaung sepi.

Ya Allah, maafkan mereka,
Maafkan jasad yang terdampar,
Maafkan mayat yang tercerai,
Maafkanlah negeri ini,
Hanya pada-Mu, Yang Maha Pemberi.

Judul: Melebur Asa

Semua berubah,
Setelah ombak itu menggulung,
Menghantam dalam-dalam,
Menitip luka pada relung.

Semua jadi berbeda,
Selepas gelombang melanda,
Meluluhlantakkan semua cerita,
Yang tertinggal hanyalah do’a.

Semua menghilang,
Sesudah laut Tuhan murka,
Menyuruh mereka untuk pulang,
Serta meleburkan secercah asa.

Semua terlihat murung,
Menikmati pilu yang dirudung,
Menyirnakan seluruh impian,
Yang indah di masa depan.

Semua mengutuk diri,
Atas apa yang telah terjadi,
Hanya ratapan penggetar bumi,
Dari tanah Ibu Pertiwi.

Oh, Tsunami.

Judul: Teman, Kamu Dimana?

Kukunjungi rumahmu,
Tapi yang terlihat malah jalan buntu,
Kamu dimana ?
Aku merindukanmu, sobatku.

Kucari ke sudut sana,
Yang terlihat hanya sisa-sisa puing,
Bangunan yang terkeping-keping,
Apa yang terjadi disini?

Kucari ke sudut satu lagi,
Aku menemukan seorang anak,
Yang meratapi seonggok mayat,
Sambil terus meneriakkan “ibu…ibu…”.

Kucari ke sudut jauh,
Ratapan kian terdengar jelas,
Apa yang sebenarnya terjadi?
Apa apa dengan negeri ini?

Lantas, kamu dimana, teman ?
Aku jauh datang kemari ingin berjumpa denganmu,
Aku hendak mengulas balik kisah lalu,
Tentang cerita persahabatan kita dahulu.

Aku terus mencarimu di sela-sela reruntuhan,
Tapi tak kunjung ada jawaban,
Sudahlah, yang tersisa hanya pelajaran,
Untuk tawakkal dan selalu bersabar.

Selamat tinggal, teman,
Aku pulang.

Judul: Amarah Laut

Sore, di pantai itu,
Anak-anak bermain ria,
Senang dan bergembira,
Dengan teman-teman sebayanya.

Tak ada yang asing,
Semua seperti hari biasanya,
Mereka berkumpul kala sore tiba,
Mengisi jerah hari dan letih jiwa.

Namun entah mengapa,
Laut mengeluarkan amarahnya,
Gelombang besar terbentuk jelas,
Menghantam daratam dengan ganas.

Bagaimana tidak,
Amarah yang besar itu,
Menyapu rata tanpa permisi,
Menggulung apa yang dilalui.

Oh Laut,
Apa salah kami?
Oh Tuhan,
Maafkan kami.

Judul: Siapa Yang Mengundang Tsunami

Oleh Zulfriansyah

Hari itu minggu 26 desember 2004.
Tiba tiba saja alam berdansa dalam hentak seribu kaki
Pagi itu cerah ketika laut marah
Menumpahkan resah dalam kisah pilu
Ombak yang manja berubah Tsunami
Jerit, ratap dan doa dalam bahasa tanpa warna
Kita berlarian untuk selembar nyawa

Dunia seakan ingin pamit
Inikah yang disebut kiamat
Yang tersisa hanya puing-puing
Yang tersisa cuma air mata
Nyawapun dalam keadaan basah

Di pojok waktu kita pun mulai bisu
Sembari belajar untuk senyum lagi
Duhai…….dunia akhirat
Mengapa ini terjadi
Siapa yang mengundang tsunami?

Saudaraku
Kita yang mengundangnya
Dosa kita adalah surat undangannya
Jangan salahkan diri-Nya
Tsunami cuma bonus terindah
Atas dosa kita yang bernilai sempurna

Percayalah
Percayalah
Percayalah
Sekarang kita sedang mencetak surat
Undangan kedua

Inmemorial 17 tahun tsunami menghantam bumoe Serambi Mekah
diwaktu yang tersisa kulabuhkan sekuntum doa
untuk yang telah tiada atau masih tersisa

Judul: Tangisan Negeri

Negeriku kembali menangis,
Berlinang air mata jatuh ke tanah,
Menyaksikan gelombang laut yang bengis,
Menenggelamkan sebagian wilayah.

Negeriku kembali berduka,
Sebab apa yang tengah melanda,
Silih berganti lara dan derita,
Menghampiri tanah air tercinta.

Negeriku kembali bersedih,
Cobaan demi cobaan mengiris pedih,
Bercerainya cinta dan kasih,
Entah kapan akan kembali pulih.

Tuhan, Maafkan Kami,
Kembalikanlah keceriaan negeri ini.

Baca juga:


Itulah tadi beberapa contoh puisi tentang tsunami yang bisa Anda baca dan pahami mengenai dahsyatnya bencana alam tersebut terjadi, tidak hanya terjadi di Indonesia saja melainkan juga pernah dialami oleh orang-orang di luar negeri hingga kerugian dan dampaknya juga cukup banyak.

Marilah berdoa agar korban bencana alam senantiasa diberikan kekuatan dan kesabaran dalam menghadapinya. Selain itu, penting juga untuk selalu bisa berdonasi kepada mereka sehingga dapat saling membantu meskipun hanya dalam jumlah sedikit.

Bayu

Segala sesuatu memiliki kesudahan, yang sudah berakhir biarlah berlalu dan yakinlah semua akan baik-baik saja.

error: Konten dilindungi !!